• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Fenomena Desperate: Pengguna LinkedIn Ungkap Kepedihan Mencari Kerja di Tengah Krisis

img

Wewara.web.id Bismillah semoga hari ini istimewa. Pada Edisi Ini aku ingin membagikan pengetahuan seputar Tips dan Trik, Finance. Laporan Artikel Seputar Tips dan Trik, Finance Fenomena Desperate Pengguna LinkedIn Ungkap Kepedihan Mencari Kerja di Tengah Krisis Mari kita bahas tuntas artikel ini hingga bagian penutup.

Tren Pencari Kerja: Dari #OpentoWork Hingga #Desperate

Di era digital saat ini, penggunaan situs atau aplikasi pencari kerja seperti LinkedIn menjadi salah satu cara populer bagi pencari kerja untuk menemukan peluang pekerjaan. Namun, masih banyak yang menghadapi tantangan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Salah satu tren terbaru yang muncul adalah penggunaan label #Desperate pada profil mereka, menandakan keputusasaan dalam mencari pekerjaan.

Perbedaan Gaya Pencari Kerja di Indonesia dan Luar Negeri

Menurut Ivan Taufiza, Ketua Ikatan SDM Profesional Indonesia (ISPI), pelamar kerja di Indonesia cenderung lebih 'halus' dalam menyampaikan keputusasaan mereka. Mereka sering menggunakan kalimat seperti, "kalau ada lowongan/peluang/kesempatan tolong dikabarkan," pada profil LinkedIn mereka, dibandingkan dengan pelamar luar negeri yang lebih blak-blakan.

Pengaruh Pandemi Covid-19

Menurut Ivan, tren penggunaan label semacam ini sebenarnya sudah ada sejak pandemi Covid-19 pada 2020. Saat itu, banyak orang yang kesulitan mendapatkan pekerjaan dan mulai mengekspresikan keputusasaan mereka secara lebih terbuka, baik di LinkedIn maupun media sosial lain seperti X (dulunya Twitter).

Penggunaan Banner #Desperate

Salah satu contoh penggunaan banner ini dipopulerkan oleh Courtney Summer Myers. Setelah menggunakan banner #Desperate di profil LinkedIn-nya, Myers mendapatkan lebih dari 15.000 koneksi baru dan kini tengah memilah tawaran pekerjaan. Ivan pun mencatat bahwa tren ini semakin marak di kalangan pencari kerja, terutama generasi muda seperti Gen Z.

Selain itu, banner #Hiring juga digunakan oleh perusahaan yang mencari kandidat, menciptakan komunikasi yang lebih terbuka antara pencari kerja dan pemberi kerja di platform seperti LinkedIn.

Pada akhirnya, penggunaan label seperti #Desperate menunjukkan bahwa pencari kerja tidak lagi segan untuk mengungkapkan kesulitan mereka dalam mendapatkan pekerjaan, meskipun dalam gaya yang berbeda-beda di setiap negara.

Begitulah penjelasan mendetail tentang fenomena desperate pengguna linkedin ungkap kepedihan mencari kerja di tengah krisis dalam tips dan trik, finance yang saya berikan Selamat menjelajahi dunia pengetahuan lebih jauh tetap fokus pada tujuan hidup dan jaga kesehatan spiritual. Jangan lupa untuk membagikan ini kepada sahabatmu. Terima kasih

© Copyright 2024 - Wewara.web.id
Added Successfully

Type above and press Enter to search.